السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Maasyiral muslimin wal muslimat rakhimakumullah!
Salah satu ciri orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. adalah ketika melakukan amal ibadah baik ibadah mahdhoh (ibadah yang langsung kepada Allah) atau ibadah gair mahdhoh (ibadah yang melalui perantara makhluk) harus didasari dengan ke ikhlasan. Hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam Al Qur'an surah Al Bayyinah ayat ke 5 :
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Wa mā umirū illā liya'budullāha mukhliṣīna lahud-dīn(a), ḥunafā'a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu'tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah(ti)
"Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)".
(Al-Bayyinah [98]:5 )
Ikhlas adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diamalkan, mengingat bahwa karakter manusia pada dasarnya ingin selalu mendapatkan perhatian bahkan ingin mendapatkan penilaian dari makhluk. Padahal sebaiknya ketika beramal hendaklah motivasinya bukan karena makhluk akan tetap motivasinya harus karena Allah SWT.
Hadirin wal hadirat Rahima kumullah.
Ikhlas adalah amal ibadah yang dilakukan oleh hati, nilai ibadah yang dilakukan oleh raga sangat bergantung pada nilai ikhlas yang ada dalam hati seorang mukmin. Berkaitan dengan ikhlas, Syekh Nawawi Al-Bantani membaginya menjadi 3 tingkatan, hal ini sebagaimana diungkap dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, [Kediri: PPA, tt], halaman 44), sebagaimana berikut:
1. Ikhlash karena Allah
Ikhlash karena Allah menempati posisi pertama dan utama. Ikhlas dalam kelompok ini adalah seorang mukmin ketika beribadah kepada Allah dan melakukan amal saleh atau amal kebajikan lainnya, sama sekali tidak mengharapkan apapun kecuali ridla Allah, tidak juga mengharapkan pahala surga atau untuk menghindari siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini berada pada tingkatan tertinggi.
2. Ikhlash karena Akhirat
Tingkatan ikhlas kedua adalah beribadah dan beramal saleh karena mengharapkan pahala, mendapatkan surga, dan takut pada siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, tingkatan ikhlas ini berada pada tingkatan menengah.
3. Ikhlash karena Dunia
Tingkatan ikhlas terakhir adalah beribadah karena mengharapkan balasan di dunia, misalnya seseorang melakukan ibadah membaca Surat Al-Waqi‘ah, melaksanakan tahajud, melaksanakan salat duha, salat hajat dengan harapan bisa mendapat kekayaan, mengharapkan kedudukan bahkan untuk mencapai jabatan. Ketika dia mengeluarkan sedekah berharap mendapat rezeki yang berlipat ganda, mendapatkan pujian dan seterusnya. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini adalah ikhlash yang berada pada tingkatan paling rendah.
Sedangkan menurut Imam Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam. Ada 3 (Tiga) tingkatan Ikhlas sebagai berikut:
1. Ikhlas Tingkatan 'aabidin. Yaitu ketika beramal seperti Tujjaar ( para pebisnis ), artinya ketika dia beramal selalu memperhitungkan untung dan rugi. Sebagai contoh ketika dia beramal sholeh karena motivasinya ingin mendapatkan surga, sedangkan ketika dia meninggalkan kemaksiatan tujuannya supaya terhindar dari neraka. Atau contoh lain ketika dia mau beribadah pada saat dia sedang ada masalah, atau ingin menyelesaikan persoalan. Jadi motivasi dia beramal bukan semata-mata karena Allah SWT. Meskipun demikian tetap masih termasuk kriteria orang yang ikhlas, akan tetapi levelnya paling bawah.
2. Ikhlas Tingkatan Muhibbiin. Yaitu ketika dia beramal semata-mata karena cinta dan mengagungkan Allah SWT. Ketika cintanya sedang tumbuh dan subur maka dia mau beribadah kepada Allah..tapi ketika cintanya melemah, maka ibadahnya pun akan melemah, bahkan tidak beribadah. Meskipun demikian tetap masih termasuk kriteria orang yang ikhlas, akan tetapi levelnya pertengahan.
3. Ikhlas Tingkatan 'aarifiin. Yaitu ketika dia beramal kebaikan motivasinya bukan karena ingin surga, bukan karena takut neraka, bahkan bukan karena cinta dan mengagungkan Allah SWT, akan tetap dia beribadah itu sematan karena Allah SWT. bukan karena motivasi makhluk tetapi semua gerak geriknya dipenuhi..Laa haula wala quwwata illa billah. Inilah tingkatan ikhlas yang paling tinggi, dan tingkatan ini biasanya levelnya para wali, para nabi dan rasul.
Semoga kita senantiasa dibimbing oleh Allah SWT agar senantiasa menjadi orang yang ikhlas. Aamiin yaa rabbal 'alamiin.
Demikian Tausiah singkat ini, semoga bermanfaat.😇😇
Tags:
Tausiah
Masya Allah... Tabarakallah pak Ustadz...smoga kt sebagai umat yg Ikhlas tiada batas dl menjalankan perintahNya...Aamiin 🤲🤲
BalasHapusMasya Allah. Alhamdulilah hatur nuhun pak ustadz 🙏🙏
BalasHapus